DartaCorp – Siapa bilang untuk menjadi pengusaha sukses juga harus berlatar belakang dari keluarga pengusaha? Atau harus berlatar belakang pendidikan bisnis maupun lulusan sekolah luar negeri? Nyatanya, Darwis, Eks Tukang Minyak Sukses Jadi CEO Darta Corp. Simak perjalanan karirnya berikut ini :
Latar belakangan kehidupan Darwis
Kisah hidup seorang anak desa asal Dolok Sanggul, Sumatera Utara ini, penuh kekurangan. Perjuangan dalam menggapai harapan, keinginan, dan untuk memenuhi kebutuhan keluarga telah dilalui Darwis Manalu (55 tahun) yang kini sukses membangun kerajaan bisnisnya. Di samping lika-liku perjalanan hidupnya, sejak kecil Darwis suka bersekolah. Sejak dini, dia telah memiliki kesadaran bahwa hanya lewat pendidikanlah ia akan mungkin memperbaiki nasib diri dan keluarganya.
Ayah Darwis, Jan Mangantar Manalu yang drop-out waktu kelas 3 SD itu yang menggugah pikirannya soal pentingnya menuntut ilmu hingga jenjang tertinggi. Jan Mangantar sendiri belajar dari lingkungannya. Sebagai supir favorit yang sering mengantar penumpang sampai ke Medan, ia rajin mencermati keadaan. Ia melihat bahwa anak-anak sekolahan asal kitaran Dolok Sanggul yang kerap menjadi penumpangnya dulu banyak yang sukses karena giat menimba ilmu. Teladan itu selalu ia kisahkan ke anak-anaknya. Perjalanan hidup Darwis Manalu juga dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul “Akrobat Kahidupan Darwis – Tukang Minyak Keliling yang Jadi Pengusaha Nasional”.
Sekolah merupakan dunia terakrab bagi Darwis kecil setelah ladang. Setiap hari, kalau tidak libur, ia akan berjalan kaki sejauh 3,5 km ke SD Sitinjak-Baringin. Begitu sekolah bubar ia akan langsung kembali mengurusi ternak dan tanamannya. Istilah berleha-leha yang sangat populer di kalangan anak seumurnya asing bagi dia. Setamat SD ia melanjut ke SMP Santa Maria Pakkat. Jarak 5,5 km ia tempuh dengan menapak setiap akan berangkat maupun pulang sekolah. Lapar dan haus di jalan adalah hal biasa yang ia rasakan.
Darwis sudah ditempa dengan kehidupan yang cukup keras ketika ia masih tinggal di hutan. Di SMP berdisiplin tinggi tersebut, ia kemudian akrab dengan Pastor Leo Joosten. Berkat pengaruh rohaniawan dan penulis asal Belanda inilah Darwis yang berasal dari keluarga Protestan, lalu berhasrat besar masuk seminari setamat SMP agar menjadi pastor. Ternyata jalan hidupnya kemudian menyimpang.
Baca Juga : Bocah Perantau Sukses Kembangkan Bisnis Darta Corp
Pindah ke Jakarta
Abang sepupunya datang dari Jakarta. Anggota Angkatan Udara itu meminta dia datang ke Jakarta selulus SMP untuk meneruskan sekolah. Ia menyambutnya dengan gembira. Gairah belajarnya membuncah. Sekujur dinding gubuknya pun ia tempeli kertas bertuliskan rumus-rumus matematika, fisika, dan yang lain. Kemajuannya di sekolah memang pesat setelah itu. Niatnya untuk menjadi pastor akhirnya kian pupus akibat panggilan untuk ke Jakarta yang bertambah kuat di kepalanya. Kakak perempuannya, Tiarma, yang kemudian menjadi suster (kini menjadi Suster Leoni FCJM) berkat pengaruh Pastor Leo Joosten.
Pada tahun 1997, Darwis melanjutkan pendidikan ke SMEA Negeri 11, Johar Baru, Jakarta Pusat. Ia kecewa karena didaftarkan abang sepupunya di SMEA. Sama sekali tak pernah ia bayangkan akan menimba ilmu di sekolah yang sekian lama dipandangnya dengan sebelah mata itu. Tapi ia tak punya pilihan. The show must go on!
Bagi pendiri dan pemilik Darta Corp, semasa bersekolah di SMEA Negeri 11 merupakan kenangan yang begitu indah. Di sana ia menjadi juara umum terus-menerus sejak semester 1. Pencapaian itu tentu saja telah mendongkrak rasa percaya dirinya, sehingga di kelas 2 pun dia sudah merencanakan masa depannya dengan bercita-cita tidak akan menjadi pegawai negeri karena gajinya kecil. Dia akan berusaha agar bisa berkerja di perbankan. Lalu, di usia ke-45 ia akan berhenti bekerja sebagai pegawai. Kemudian dia akan menjadi pengusaha, dengan demikian akan mampu membelikan istrinya sedan Mercy. Seiring berjalannya waktu, rupanya apa yang diimpikan Darwis menjadi kenyataan.
Ilmu pebisnis
Sebagai lulusan SMEA, Darwis memulai karir di Departemen Accounting Bank Niaga dari jenjang terendah, yakni level 6. Jika ia lulusan sarjana maka dirinya akan langsung di level 10. Bila sarjana yang sudah mengikuti pendidikan eksekutif bisa langsung ke level 13. Pekerjaannya adalah mengurusi mesin pengelola data bersuara gemuruh yang ditempatkan di ruangan tak berpendingin. Bersama dua senior ia bekerja di sana pada malam hari dengan bertelanjang dada akibat udara yang sesak-panas.
Setelah tiga tahun bekerja di sana ia kemudian kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Jayabaya dengan mengambil kelas malam, agar tak mengganggu pekerjaannya. Atas izin atasannya, Darwis menggunakan taksi mitra Bank Niaga jika mau berangkat dan pulang kampus. Ongkos taksi itu setiap bulannya diklaim ke kantor.
Karirnya kian benderang. Dalam waktu 4 tahun dan 3 bulan, ia naik grade 6 kali. Ternyata office politics kemudian bermain. Mendadak ia diskors 2 minggu lantaran mengklaim uang taksi terlalu banyak. Merasa tak bersalah dan sangat dilecehkan, Darwis pun kemudian meninggalkan bank tersebut. Panggilan dari kantor yang datang berkali-kali pun tak ia hiraukan. Bank Niaga kemudian menyatakan, sejak Januari 1985, Darwis sudah tak menjadi pegawai di sana lagi.
Kemudian berkali-kali ia ditawari pekerjaan oleh para mantan atasannya yang sudah bekerja di tempat lain. Entah mengapa tak satu pun yang jadi meski kesepakatan telah tercapai. Darwis mencari lowongan kerja dari perusahaan satu ke perusahaan yang lain, namun belum menemukan hasil.
Sekeluarnya dari Bank Niaga, Darwis tak mendapatkan pesangon karena dia hengkang begitu saja. Di saat uang tabungannya semakin menipis, ia pun mulai bekerja serabutan. Tanpa setahu dua adik yang menjadi tanggungannya di rumah, ia terkadang menjadi kernet Metro Mini P07 jurusan Semper-Senen. Supirnya adalah kawannya sekampus. Ada kalanya mereka berdua juga menguruk lahan di Kramat Tunggak menggunakan truk. Formasinya tetap sama, ia menjadi kernet dan kawannya supir.
Untuk menambah penghasilan, Darwis juga menjadi mentor mata kuliah akuntansi untuk beberapa kelompok belajar di kampusnya. Saat kerja serabutan, ia hanya pulang ke rumah seminggu sekali. Dia tak pernah bercerita jika dirinya sudah keluar dari Bank Niaga. Ia bersikap seakan semua baik-baik saja. Tujuannya agar pikiran kedua adiknya yang masih bersekolah itu tidak terganggu.
Baca Juga : Darta Consulting, Jasa Konsultan Pajak dan Hukum
Jualan minyak tanah
Perbincangannya di halaman rumah dengan seorang tukang minyak keliling telah mengilhami dirinya. Setelah 9 bulan bekerja serabutan, Darwis pun banting setir menjadi pedagang minyak tanah keliling di sekitar tempat tinggalnya di Ciputat. Dibantu adik perempuannya yang ikut menghela gerobak di jalananan. “Minyakkk….Minyakkkk…”, teriakan Darwis menawarkan dagangannya sambil napasnya tersengal. Dagangannya cukup laris. Setelah bisa membeli per tangki dari agen, ia lantas merekrut sejumlah tukang dorong. Dia juga membeli beberapa gerobak. Belakangan, dalam seminggu ia sudah bisa menjual 3 tangki minyak tanah. Penghasilannya per bulan sudah lebih besar dari yang ia peroleh di Bank Niaga.
Selama bekerja di Electrolux dari Mei 1987 hingga September 1991 (4 tahun 3 bulan), Darwis menjadi tukang memperbaiki apa pun yang rusak di lingkungan sistem. Di korporasi ini ia kemudian dijuluki koleganya sebagai “Pangkopkamtib Sudomo” karena dirinya merupakan trouble shooter untuk setiap masalah. Meski telah menjadi orang kedua, ia pergi juga dari Electrolux. Darwis ingin suasana yang lain. Ke Lotto Sportwear Indonesia ia berpaling untuk menjadi financial and administration manager. Di sana ia segera menjadi tangan kanan CEO yang nyentrik sekaligus pemegang saham 40 persen. Selama 5 tahun bergabung, ia banyak mempelajari kiat orang Italia yang bergaya machiavelis dan berprinsip “tak ada yang tak bisa”.
Dari Lotto, lalu ia pindah ke pabrik gypsum baru bernama PT Cipta Prima Karya yang merupakan anak Colonial Sugar Refining (CSR) Company. Dengan kedudukan sebagai commercial manager, ia merupakan bagian dari dewan direksi. Ia menyoal fasilitas berlebih yang dinikmati CEO asal Australia. Dia juga mempermasalahan berbagai penyimpangan di sana. Ia melapor ke kantor pusat Sydney. Ternyata tanggapannya tak ada. Ia akhirnya memutuskan untuk pindah.
Darwis kemudian berlabuh ke PT Keramik Indonesia Assosiasi (KIA) pada September 1997. Ternyata tak lama berselang, Indonesia didera krisis moneter. Sebagai group financial controller ia terlibat betul dalam perampingan perusahaan serta renegosiasi dengan para vendor. Ia dipasang perusahaan yang merupakan bagian dari Grup Ongko tersebut untuk menghadapi Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Di saat krisis moneter mulai reda, pada 1999 ia bergabung dengan Cadbury. Saat itu perusahan pembuat cokelat dan permen itu sedang terpuruk. Selain rugi, utangnya menumpuk di bank. Sebagai direktur keuangan ia lebih banyak berada di Kuala Lumpur pada 6 bulan pertama untuk menyiapkan penginstalan software System Application and Product in data processing (SAP).
Ketika di Kuala Lumpur, Darwis mendapat laporan tentang orang-orang gudang yang menjalankan praktik perusahaan dalam perusahaan. Ternyata laporan itu positif. Ia lantas memecat mereka yang terlibat. Demo pun merebak, menuntut agar dirinya mundur karena telah mengacaukan situasi. Mereka yang dipecat rupanya tokoh berpengaruh. Ia menghadapi para pendemo tanpa gentar sedikit pun karena merasa dirinya di jalan yang benar. Unjuk rasa itu berangsur reda. Sebagai tindak penyelamatan, ia kemudian menggabungkan 3 perusahan menjadi satu. Resep ini ternyata manjur.
Pada tahun 2002, ia meninggalkan perusahaan ini. Ia kecewa karena istri dan ketiga anaknya harus menunggu 6 bulan agar bisa bergabung dengan dirinya di Belanda. Sesuai perjanjian, seharusnya mereka akan berangkat bersama. Waktu itu ia terpilih mengikuti cross culture training masing-masing 2 tahun di Belanda dan 2 tahun di Inggris. Seusai mengikuti program, dia akan menjadi CEO yang bisa ditempatkan Cadbury di negara mana pun. Darwis lalu pindah ke Dow Chemical sebagai country controller.
Baru sebulan bekerja, ia langsung mencatatkan prestasi besar di sana. Setelah memeriksa, ia menemukan bahwa perusahaan kimia terkemuka itu membayar pajak lebih besar Rp 108 miliar dari yang seharusnya. Padahal, konsultan pajak yang ditunjuk tergolong perusahaan “big four” di kelas dunia di sektor jasa keuangan dan akuntan publik. Perusahan kemudian minta tolong agar ia menangani masalah ini. Lewat bukti-bukti yang sahih, ia berhasil meyakinkan Ditjen Pajak. Alhasil, kelebihan pajak itu pun dikembalikan.
Baca Juga : Rahasia Bisnis Darta Corp Ini Efektif Menjaga Eksistensi Bisnis
Tiket masa depan
Sekolah adalah tiket menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian bersekolah merupakan proses sepanjang hayat dikandung badan. Itulah prinsip yang dianut Darwis. Maka, waktu masih di Bank Niaga ia kuliah di FE Jayabaya begitu ada kesempatan. Ia ingin menjadi CEO dan pemilik perusahaan. Untuk itu dia meneruskan pendidikan di Universitas Prasetiya Mulya. Gelar MBA pun ia raih tepat waktu di saat Indonesia sedang didera krisis moneter pada tahun 1998.
Saat itu usianya 37 tahun. Ketika usianya genap 40 tahun, ia memutuskan untuk sekolah lagi. Pasalnya, 5 tahun lagi ia sudah harus menjadi pengusaha. Bidang usahanya nanti yang memungkinkan dirinya independen. Pilihannya adalah konsultan pajak. Ia lantas mengikuti program di Pusdiklat Pajak, Kemanggisan, Jakarta.
Setelah mengikuti pendidikan setahun, pada 2003 ia berhasil mendapat 3 brevet sekaligus (A, B, C) lewat ujian negara yang berat. Jadi ia Bersertifikat Konsultan Pajak (BKP). Ilmu pajak itulah yang ia praktikkan saat membuktikan kelebihan pajak Dow Chemical yang hingga Rp 108 miliar.
KDW Consulting
Tak lama setelah selesai bersekolah pajak dia bersama temannya, Kadek Sumadi dan Wen Lie mendirikan perusahaan konsultan pajak, KDW Consulting. Darwis pun telah mempersiapkan jaringan kerja yang kuat dan berpotensi untuk menjadi klien KDW. Dia mempresentasikan jasa dan layanan yang ditawarkan KDW Consulting ke beberapa perusahaan.
Klien pertama yang ia layani adalah perusahaan minyak dan gas dari Australia. Kemudian, menyusul klien lainnya adalah Indosurya Securities. Ketika masih bekerja, peraih Master Business of Administration (MBA) dari Institut Manajemen Prasetya Mulya ini, tetap mengembangkan bisnis KDW Consulting. Semasa menjadi karyawan, prestasi Darwis Manalu selalu di atas rata-rata. Bahkan ia pernah beberapa kali mempunyai anak buah orang asing.
Pada 2004, KDW Consulting merambah dengan membuka cabang di Bali yang ditangani Kadek Sumadi. Sedangkan untuk KDW Consulting di Jakarta dipegang Darwis Manalu dan Wen Lie.
Unit bisnis Darta
Sejak 2003, Darta Corp menjadi salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia sebagai penyedia jasa layanan terpadu untuk membantu pemilik bisnis dan individu melakukan peran mereka agar lebih mudah. Kian pesatnya perkembangan usaha yang digeluti serta demi memenuhi kebutuhan para klien, Darwis kemudian mengembangkan usahanya dengan mendirikan sejumlah perusahaan yang bergerak dari berbagai bidang yang juga merupakan Integrated Service Solution. 9 Business Cluster Darta Corp:
- Darta Consulting
- Darta Institute
- Darta Outsourcing
- Darta Logistics
- Darta Agribusiness
- Darta Technology
- Darta Industrial Service
- Darta Aero Teknik
Sekilas perjalanan hidup Darwis Manalu, Founder dan CEO Darta Corp yang mantan tukang minyak keliling dan kernet bus tersebut, bisa menjadi inspirasi bagi kita semua bahwa untuk menggapai harapan dan cita-cita butuh perjuangan dan kerja keras serta pantang menyerah. “Manusia yang sukses memiliki rutinitas melakukan hal yang tak senang dilakukan oleh manusia malas. Manusia sukses itu sendiri sebenarnya juga tak senang melakukannya, tetapi ketidaksukaan mereka dapat ditaklukkan oleh kemampuan dan tujuan mereka.”