Darta Corp – Gempa bumi terus mengintai Indonesia. Wilayah-wilayah yang ditimpa gempa mengalami dampak kerusakan luar biasa, bahkan hingga menelan banyak korban jiwa. Pemerintah harus segera mengambil langkah konkrit dan tepat. Langkah yang telah ditempuh yakni dengan terjalinnya kerjasama antara Darta Group dan BPPT untuk mengantisipasi gempa bumi.
Jika dilihat secara geografis, Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia yang bergerak relatif saling mendesak satu dengan lainnya. Ketiga lempeng tersebut adalah Lempeng Indo-Australia di sebelah Selatan, Lempeng Pasifik di sebelah Timur, Lempeng Eurasia di sebelah Utara – sebagian besar wilayah Indonesia, dan ditambah Lempeng Laut Filipina.
Adapun karakteristik lempeng tektonik, adalah Lempeng Indo-Australia bergerak ke arah Utara dan bertumbukan dengan Lempeng Eurasia. Sementara Lempeng Pasifik bergerak ke arah Barat, sedangkan Lempeng Eurasia relatif diam.
Hal ini dibuktikan dari data Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), bahwa ancaman tsunami Indonesia adalah 46 persen dari panjang pantai Kepulauan Indonedia, 233 dari 515 kabupaten, dan 23 dari 34 provinsi.
Berdasarkan sejarah gempa bumi yang tercacat oleh BMKG, telah terjadi gempa bumi rata-rata sebanyak 4.500 kali per tahun. Di antaranya gempa bumi dengan magnitude lima atau lebih yang sifatnya mulai merusak terjadi sebanyak rata rata 360 kali per tahun.
Untuk pengamatan gempa bumi dengan magnitude lima atau lebih berpusat di Pusat Gempa Nasional BMKG. Sementara untuk gempa bumi dengan magnitude di bawah 5 terpusat di Stasiun Geofisika yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia berjumlah 33 stasiun geofisika dengan 165 sensor seismograf dan 285 accelerometer.
Sebagai langkah pengurangan risiko dampak atau antisipasi gempa bumi dan tsunami, BMKG mengimbau masyarakat agar lebih siap sebelum terjadi gempa dan tsunami, termasuk struktur bangunan, serta langkah melakukan penyelamatan gempa bumi dan tsunami.
Antisipasi Gempa Bumi
Sebagai upaya dalam mengantisipasi dampak dari gempa bumi yang ditimbulkan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan inovasi dalam teknologi kebencanaan.
BPPT pun bekerjasama dengan berbagai pihak guna pengembangan teknologi kegempaan ini. Salah satu mitra BPPT yang telah menjalin kerja sama adalah Darta Corporation (Darta Group). Kerja sama ini dituangkan dalam penandatanganan MoU oleh CEO and Founder Darta Corporation, Tunggul Darwis Manalu dan Kepala BPPT, Unggul Priyanto pada 18 September 2018.
Selama empat tahun terakhir, Team R & D Darta Group telah mengembangkan teknologi Polimer yang dikenal dengan merek Polimer Indonesia Teknologi (POLINTEK). POLINTEK merupakan hasil karya anak bangsa melalui Darta Group yang telah dipatenkan menjadi milik Darta. Di antara produk POLINTEK ada yang berhubungan dengan penguatan bangunan agar lebih tahan gempa. Di samping itu, produk POLINTEK juga bisa berfungsi memperbaiki pondasi dan tembok-tembok yang retak akibat gempa.
Baca juga: Solusi Bisnis – Jasa Perbaikan Beton (Concrete Repair)
Produk Unggulan
Darta Group telah menginvestasikan dananya di bidang R & D untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi dan unggul, serta sejajar dengan produk impor dari beberapa negara maju, seperti Amerika, Eropa, Jepang, dan Korea yang telah dibuktikan dengan hasil uji di lembaga independen bertaraf internasional.
Produk POLINTEK yang berhubungan dengan bangunan adalah Concrete Grouting, Concrete Repair, Special Coating untuk beton maupun metal, Polyglass pengganti kaca anti pecah dan anti bakar. Salah satu produk untuk mengantisipasi atau mengatasi keretakan pada beton adalah Concrete Repair.
Dengan menggunakan Concrete Repair dapat memberikan solusi yang tepat dan terpercaya dalam penguatan struktur beton dan memperbaiki beton yang retak akibat gempa.
Baca juga: Solusi Bisnis – Jasa Perbaikan Metal (Metal Repair)
Workshop Kegempaan
Pada hari Kamis, 27 September 2018, digelar workshop yang bertemakan “Kesiapan Kota-kota Besar Menghadapi Gempa Bumi” di kantor BPPT, Jakarta. Workshop ini bertujuan untuk mengenalkan teknologi kebencanaan guna mereduksi korban jiwa dan kerusakan akibat gempa bumi.
Selain itu, workshop ini juga menjadi upaya menciptakan kerja sama antara K/L dan Industri untuk mulai aktif dalam mengembangkan dan menciptakan inovasi dalam teknologi kebencanaan.
Berikut 8 inovasi teknologi yang dikembangkan BPPT untuk mengantisipasi dampak gempa bumi:
1). Sijagat, Teknologi Kajian Keandalan Gedung Bertingkat Terhadap Ancaman Gempa Bumi. Teknologi ini digunakan untuk mengukur keandalan sebuah gedung terhadap ancaman gempa bumi, dan memberikan solusi berupa rekomendasi teknis.
2). Sikuat, Teknologi Monitoring Gedung Bertingkat Terhadap Bencana Gempa Bumi. Merupakan system monitoring kesehatan gedung yang dilakukan dengan memasang segera diketahui.
3). Sistem deteksi dan peringatan dini gempa dan tsunami melalui teknologi maju cabie base tsunami meter. Merupakan teknologi maju yang dapat memberikan informasi gempa bumi dengan lebih cepat dan akurat, serta mampu mendeteksi adanya tsunami.
4). Rumah Komposit Polimer Tahan Gempa. Merupakan solusi Teknologi Rumah Tahan Gempa – BPPT yang menekankan kepada kekuatan bangunan melalui teknologi Polimer dan kecepatan pembangunan.
5). Polintek – Anti seismic Poiymer Technology. Sebuah solusi teknologi yang ditawarkan mitra BPPT, PT Darta Corporation (Darta Group), yang mengembangkan teknologi maju di bidang polimer, sebagai bahan tahan goncangan (Anti – Seismic).
6) Teknologi Non Structure Rapid Assessment. Merupakan teknologi berbasis mobile yang merupakan sistim penilaian bagi kesiapan sebuah gedung dalam memberikan keselamatan kepada orang-orang yang berada di dalamnya.
7) Rapid-Timer, Merupakan teknologi hasil kolaborasi BPPT dengan Panasonic Gobel Indonesia, bagi pemetaan cepat pasca gempa bumi, dengan menggunakan teknologi mobile BTS.
8) Berbagai teknologi yang bermanfaat pada kondisi tanggap darurat seperti Biskuit Neo (Biskuit tahan lapar) dan Arsinum (air siap minum).